Subak Bali, salah satu warisan leluhur Bali yang hendaknya dilestarikan. Namun gelombang pariwisata yang kian terus memakan “sawah” mengancam keberadaan subak.
Selain wisata dan kuliner, Bali juga masih memiliki nilai – nilai budaya yang selalu dijaga dan dijunjung tinggi. Salah satunya yang masih ada hingga saat ini adalah Subak pada sistem pertanian di Bali. Penasaran apa yang disebut dengan subak? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Apa itu Subak?
Nah pasti semeton banyak yang bertanya – tanya, apa sih Subak Bali itu. Subak Bali adalah sebuah sebuah sistem pengairan sawah yang digunakan oleh masyarakat Bali. Subak sendiri memiliki hukum adat dan ciri khasnya, juga memiliki nilai – nilai yang pastinya tidak bisa dianggap main – main. Ciri khas dari Subak Bali yaitu sosial, pertanian, dan keagamaan yang berarti secara gotong royong (menyame braya) dalam memperoleh air guna kebutuhan untuk mengairi sawah. Sehingga padi dan palawija dapat tumbuh dan dipanen dengan keadaan sehat dan kecukupan air.
Sejarah Singkat Subak Bali
Awal mulanya sekitar tahun 882 M kegiatan penanaman padi dan irigasi pertanian di Bali sudah berjalan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya salah satu prasasti tertua yang bernama Prasasti Sukawana. Pada prasasti tersebut terdapat kata Hama yang memiliki arti sawah atau tanah yang sudah diirigasi. Dalam arti kamus Inggris-Indonesia oleh John M. Echols dan Hassan Shadily, Huma berarti pengolahan/ladang budidaya padi yang sudah kering. Hingga ditapsirkanlah bahwa pada berkisar tahun ini masyarakat Bali sudah menerapkan sistem pertanian sendiri. Walau secara sederhana hanya bermodal lahan, padi, dan air (air hujan atau air sungai). Dan dengan bukti ini, bisa dibilang sejarah pertanian di Bali cukup panjang hingga ke titik pembuatan Subak sebagai sistem pengairan.
Prasasti Bebelin
Tahun – tahun selanjutnya ditemukan Prasasti Bebelin yang didalamnya terdapat kalimat Undagi Pengarung yang memiliki arti Pembuat Terowongan. Lalu dilanjutkan dengan kata Kasuwari yang kemudian menjadi Kasubakan yang termuat dalam Prasasti Pandak Badung pada tahun 1071 M. Lalu pada tahun 1072 M ditemukan juga Prasasti Kelungkung yang juga terdapat kata Subak. Semua terus berlanjut pada prasasti – prasasti yang ditemukan setelahnya, banyak yang mengandung kata subak didalamnya.
Dalam Lontar Bali yang berjudul “Kawit Babad Hindu Wenten Ring Bali” yang menceritakan tentang sejarah perkembangan Agama Hindu di Bali. Ketika Rsi Markandeya datang ke Bali dari Gunung Rawung di Jawa Timur sekitar abad ke-12 untuk menyebarkan Agama Hindu. Dalam lontar tersebut berisi kata – kata “sang mikukuhang sawah kewastanin subak, sang mikukuhang toya kewastanin pekaseh, ika mawenang mangepah toya punika”. Yang kurang lebihmemiliki arti; Orang yang aktif merawat sawah disebut anggota subak, yang mengatur pembagian air disebut Pekaseh, semuanya bertanggung jawab atas pembagian air di antara anggota Subak”.
Namun walau dengan semua bukti yang ada. Masih belum cukup untuk mengetahui siapa sebenarnya orang yang pertama kali menciptakan Subak Bali . Tapi masyarakat meyakini bahwa pendiri Subak Bali adalah orang yang cerdas dan mengerti tatacara matematika sederhana untuk membuat irigasi pertanian.
Subak di Bali adalah Kearifan Lokal
Pulau Bali bukanlah pulau yang kering dan dengan daratan yang rendah. Malahan Pulau Bali zaman dulu banyak terdapat hutan lebat dan medan perbukitan serta mata air dari
Keberadaan sungai-sungai yang jauh di bawah kaki gunung. Hal ini sudah tentu mempersulit para petani untuk melakukan kegiatan pertanian. Terutama untuk mengairi padi yang telah ditanam apalagi bagi sawah para petani yang berada di atas sumber airnya. Apalagi medan sawah di Bali yang cukup ekstrim dan menanjak. Pendiri subak pasti memiliki indigenous knowledge atau kearifan lokalnya sendiri hingga bisa memikirkan cara mengelola air pada sawah dengan baik dan mampu menghasilkan sistem irigasi tradisional yang dilengkapi dengan bangunan irigasi. Walaupun terlihat sederhana, namun dapat bekerja dengan baik dan membantu pengairan sawah.
Hingga di zaman modern seperti sekarang kearifan lokal pada Subak Bali pun masih digunakan serta ditingkatkan dalam pembentangan wilayah sawah yang lebih besar dengan inovasi tanpa mengubah susunan irigasi subak. Semoga subak akan terus diturunkan hingga ke generasi – generasi selanjutnya.
Selain itu pertanian di Bali juga menggunakan Terasering yang merupakan sebuah metode konservasi untuk memaksimalkan penyerapan air hujan, mencegah terjadinya longsor, serta erosi tanah.
Subak Bali dan Tri Hita Karana
Masyarakat di Bali memiliki keyakinan spiritual yang sangat tinggi. Salah satu keyakinan yang berkaitan dengan pertanian Bali adalah Tri Hita Karana. Tri Hita Karana sendiri terbagi menjadi Tri yang berarti tiga, Hita yang memiliki arti hubungan, dan Karana yang berarti hubungan yang tulus dan harmonis, jadi Tri Hita Karana memiliki arti lengkap yaitu tiga hubungan yang dibentuk demi kehidupan yang harmonis. Pembagian dari Tri Hita Karana adalah Perahyangan, Pawongan, dan Palemahan.
1. Perahyangan, hubungan manusia dengan Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).
2. Pawongan, hubungan manusia dengan manusia atau sesama.
3. Palemahan, hubungan manusia dengan alam sekitar atau lingkungannya.
Ketika bagian ini memiliki arti yang sangat dalam dalam berbagai kehidupan masyarakat Bali, termasuk pertanian sendiri. Dimana dengan anugrah Ida Sang Hyang Widhi Wasa para petani mendapatkan hujan agar lahan padi tidak kering dan membantu pertumbuhan padi. Kemudian hubungan antar sesama bergotong royong untuk menanam padi di sawah. Terakhir, hubungan manusia dengan lingkungannya (lahan padi) yang di jaga dengan baik hingga menghasilkan padi yang sehat dan siap panen.
Bali Darurat Subak
Bisa dibayangkan kalau sawah semakin sedikit, Subak akan tergerus keberadaannya. Jika pariwisata mampu dikelola dengan baik tanpa harus mengorbankan semakin banyak sawah-sawah di Bali Subak pasti akan ajeg dan lestari.
Ini semua kembali ke orang-orang yang memimpin pulau Dewata. Kalau mereka paham dan benar-benar mengerti apa yang terjadi di Bali saat ini mereka pasti akan menjaga Bali. Semoga hati mereka terketuk untuk menjaga Bali ya semeton, atau bisa jadi semua sawah jadi beton. Wah kacau tons.
Sekian dulu ulasan tentang Subak kali ini. Jangan lewatkan ulasan menarik lainnya seputar hiburan dan liburan di Bali hanya di www.jalanmelali.com a