Penjor, simbol kemenangan sekaligus kesejahteraan dan kemakmuran Umat Hindu yang menjadi warisan dan tradisi budaya Bali yang tak akan pernah dimakan zaman.
Pesona alam dan budaya Bali memang tidak pernah ada habisnya. Nilai-nilai budaya luhur yang diwariskan dan masih dijaga secara turun-temurun hingga hari ini membuat Bali ajeg dan lestari. Tak terkecuali dengan tradisi Penjor ini.
Menyambut hari raya Galungan dan Kuningan, umat hindu secara serentak memasang Penjor di depan rumah mereka, tepat disebelah kanan pintu masuk rumah umat Hindu. Lalu apa sebenarnya makna penjor itu sendiri?

Sejarah Penjor
Bila kembali membaca buku sejarah dan Agama Hindu, penjor secara sederhana adalah simbol kemenangan yang secara serentak dipasang pada hari Penampahan Galungan (sehari sebelum hari raya Galungan). Galungan adalah sebuah perayaan yang begitu semarak atas kemenangan Dharma melawan Adharma begitulah sang Penjor adalah simbol dari kemenangan mutlak itu sendiri.
Penasaran apa saja bagian atau isi dari penjor itu sendiri? Yap, penjor sangat bervariasi apalagi bila kalian berkeliling di kawasan Banjar Anyar Kerobokan Kuta Utara, Ubud, Kapal Badung, dan beberapa daerah lainnya, penjor dibuat begitu anggun dan megah dengan ornamennya yang begitu beragam.
Pada dasarnya, ada beberapa ornamen atau bagian yang harus ada di bagian penjor yang membuat bambu dengan hiasan tersebut bisa dinamai Penjor.
Nah lalu apa saja ornamen wajib tersebut?
Berikut buat semeton yang penasaran, yuk simak penjelasan tentang penjor selengkapnya di bawah ini.
Arti Penjor Bali
Penjor diibaratkan sebagai gunung dan gunung sendiri merupakan stana dewa dewi dengan berbagai manifestasinya sekaligus simbol dari Naga Basuki yang memiliki arti kesejahteraan dan kemakmuran. Oleh karena itu setiap gunung di Bali dibangung sebuah pura. Pemasangan penjor dilakukan pada saat Penampahan Galungan (hari selasa) pada jam dua belas siang keatas. Namun selain untuk upacara keagamaan, Penjor juga digunakan untuk dekorasi dan desain khas untuk acara – acara lain. Seperti pernikahan, potong gigi, otonan, bahkan di hotel – hotel juga dibuat guna mempercantik bangunan hotel. Tentunya yang lebih ditonjolkan adalah hiasan pada penjor walau maknanya juga pasti begitu melekat.
Penjor Galungan Kuningan memiliki makna Pertiwi Bhuana Agung sebagai bentuk Naga Basuki dan Ananta Boga. Pada hari penampahan Galungan Penjor dipasang sebagai manusia yang sedang berperang dengan pikiran negatif, kotor, serta ego tingginya sehingga manusia menang atas sifat – sifat buruk yang ada pada dirinya (bisa menjaga diri agar tidak masuk Rajasika dan Tamasika).
Tujuan Dibuatnya Penjor Bali
Sebagai simbol perayaan Galungan dan Kuningan, Penjor ini begitu ikonik. Tujuan dibuatnya penjor adalah sebagai sarana upakara yang bersifat sakral.
Tak hanya dibuat saat hari raya Galungan dan Kuningan, dalam rangka piodalan besar atau karya (upacara agama ditunjukan kepada para Dewa) penjor juga selalu menjadi bagian upakara. Dimana upacara tersebut digelar, seluruh masayarakat di kawasan atau desa tersebut diharuskan memasang penjor dengan ketentuan-ketentuan tersendiri.
BACA JUGA: Hari Raya Kuningan: Rangkaian Hari Raya Galungan Yang Kadang Kita Nomor Duakan
Bahan Pembuatan Penjor Bali
Penjor dibuat dari bahan dasar bambu panjang yang melengkung sekitar 10m dan kemudian dihias dengan janur/busung/daun kelapa muda, berbagai hasil bumi ( kelapa tua, pisang, jaja begina, daun plawa, padi – padian, dan lain – lain), serta kain putih atau kuning yang menjadi pelengkap sekaligus bagian daripada unsur – unsur yang mencirikan penjor. Semua itu memiliki arti sebagai rasa bakti dan ungkapan puji syukur atas segala kemakmuran dan rejeki yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
Penjor dipasang di depan pekarangan rumah, kantor, maupun hotel. Tempat penempatan Penjor yaitu ada di sebelah kanan pintu masuk, dan menghadap menuju jalan. Jika rumah menghadap ke timur, maka Penjor akan dipasang di sebelah selatan. Sanggah Cukcuk dipasang di depan Penjor dengan tinggi berkisar 1,5 meter sebagai lambang Ardha Candra, yakni sebuah sanggah yang bagian bawahnya segi empat melengkung setengah lingkaran, berbentuk seperti bulan sabit.
Hiasan Wajib Penjor Bali
Berikut makna – makna dari seluruh isi dan hiasan wajib dari sebuah Penjor berdasarkan Kitab Suci Weda :
• Bambu, simbol dari gunung tempat berstana Ida Sang Hyang Widhi dan sebagai wujud kekuatan Dewa Brahma sebagai pencipta alam semesta.
• Bambu (Tiing) yang dibungkus dengan kain kasa atau ambu sebagai simbol dari Kekuatan Dewa Maheswara.
• Kain putih dan kuning sebagai bentuk kekuatan Dewa Iswara.
• Busung/Janur/daun kelapa muda, simbol dari kekuatan Dewa Mahadewa.
• Sampian Penjor, wujud kekuatan dari Parama Siwa.
• Kue kering bali (jaje begina, rengginang) sebagai bentuk kekuatan Dewa Brahma.
• Kelapa, lambang kekuatan Dewa Rudra.
• Tebu sebagai kekuatan Dewa Sambu.
• Pala bungkah, pala gantung lambang dari kekuatan Dewa Wisnu.
• Daun Plawa sebagai lambang kekuatan Dewa Sangkara.
• Sanggah Cucuk – Arda Candra, kekuatan Dewa Siwa.
• Lamak, Lambang dari Tri Buana.
• Klukuh (berisi pisang, tape, jaja begina) simbol dari Dewa Boga.
• Ubag – abig, simbol dari Rare Angon.
• Gegantugan dan Hiasan Cili, simbol Widyadari.
• Tamiang sebagai bentuk dari penolak bala atau kejahatan.
• Banten upakara, simbol kekuatan dari Sadha Siwa.
Jadi dalam pembuatan Penjor harus selalu memperhatikan bahan – bahan tersebut untuk melengkapi Penjor. Itu karena semua masing – masing bahan unsur Penjor memiliki makna yang tak tergantikan.
Jenis-Jenis Penjor
Secara umum masyarakat di Bali mengenal 2 jenis Penjor, yaitu :
Penjor Sakral
Seperti namanya memang Penjor ini digunakan untuk kepentingan upacara upakara pada hari keagamaan dan pastinya hari raya Galungan dan Kuningan.
Penjor Hiasan
Karena seperti namanya Penjor hiasan begitu banyak digunakan untuk memperindah pintu depan saat acara pernikahan, pesta kesenian, hiasan lomba desa atau sengaja dipasang untuk menarik turis (biasanya hotel, agar terlihat nuansa Bali yang begitu pekat).
Selain digunakan untuk bagian upacara dan bersifat sakral, adakalanya penjor difungsikan sebagai hiasan, tentu dengan ketiadaan Arda Candra yang menjadi salah satu ciri pembeda yang mana penjor hiasan dan sakral.
Wah gimana nih udah semakin tahu kan tentang Penjor yang selalu kita lihat saat hari raya Galungan dan Kuningan? Semoga artikel ini bisa menambah wawasan semeton semuanya ya.
Jangan lewatkan ulasan menarik lainnya seputar hiburan dan liburan di Bali hanya di www.jalanmelali.com