Sejarah Ubud, kawasan pusat wisata Bali ini punya sejarah yang unik dan menarik. Mulai dari kehadiran Rsi Markandeya, Walter Spies, menjamurnya kelas yoga hingga restoran vegan.
Tak ada habisnya bila kita membahas tentang Pulau Bali. Setiap daerahnya memiliki nilai sejarah dan budaya yang unik sehingga tidak bisa hanya dirangkum dalam satu cerita. Inilah juga yang membuat Bali begitu disukai oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Tak hanya kaya akan alamnya, tapi juga kaya dengan nilai sejarah yang pastinya membuat orang – orang penasaran dan ingin tau lebih banyak.
Kisah sejarah kabupaten atau desa di Bali berbeda – beda. Beberapa kabupaten dan desa memiliki sejarah yang terkenal karena memiliki kisah yang monumental. Bahkan ada campur pariwisata di masa lalu yang akhirnya membuat desa atau sebuah daerah tersebut menjadi lebih dikenal dibandingkan dengan daerah lainnya. Seperti halnya dengan desa yang kita akan bahas kali ini yaitu Desa Ubud. Desa Ubud adalah sebuah desa yang menjadi pusat budaya dan seni di Bali. Nah buat yang penasaran dengan sejarah berdirinya Desa Ubud ini, yuk dibaca selengkapnya di bawah ini.

Asal – Usul Nama Desa “Ubud”
Kalian tau gak kalau Ubud itu berawal dari kata “Ubad”? Nah Ubad sendiri memiliki arti obat dalam Bahasa Indonesia. Lalu apa hubungannya? Hal ini karena Desa Ubud merupakan Desa di Kabupaten Giayar yang kaya akan tanaman obat – obatan. Selain itu udara yang sejuk serta segar membuat Desa Ubud mendapatkan nama “Ubud” yang melambangkan kawasan desa dengan tanaman obat yang melimpah.
Sejarah Terbentuknya Desa Ubud
Sejarah Desa Ubud bermula dari abad ke-8 Masehi. Hal ini tertulis pada sebuah lontar bernama Lontar Markandhya Purana yang lengkapnya menceritakan perjalanan seorang rsi dari India yang bernama Rsi Markandeya. Seorang rsi yang merupakan orang suci penyebar Agama Hindu. Sebelum datang ke Bali, beliau sempat mengunjungi Jawa untuk melakukan tugasnya. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke Bali setelah mendapat sebuah bisikan religius (pewisik) bahwa di kaki sebuah gunung terdapat 5 jenis logam sakti. 5 jenis logam ini dilokasikan di kaki Gunung Besakih sekaligus tempat pura terbesar di Bali yaitu Pura Besakih.
Selama beliau di Bali beliau merasakan banyak energi spiritual yang besar dari Campuhan Ubud (Saat ini berlokasi di Pura Gunung Lebah. Bahkan sampai saat ini Campuhan Ubud sangat dihormati oleh masyarakat setempat. Beliau bukan hanya menyebarkan Agama Hindu saja di Bali, tapi juga memberikan pengajaran mengenai sistem pemerintahan daerah setempat (banjar) sebagai bentuk tanggung jawab untuk memenejemen adat istiadat di daerah tersebut. Tak hanya itu beliau pun membangun banyak pura di daerah bali, serta mengajarkan cara irigasi sawah yang baik dan sistem tera sering. Hingga saat ini masyarakat Bali masih menggunakan sistem ini dan menjadi ciri khas dari sawah di Bali. Pusat tera sering sendiri berada di Sawah Tegalalang Ubud dan Jatiluwih.
BACA JUGA: Taman Dedari : Karya Maha Megah Penglingsir Puri Ubud Gianyar
Majapahit Runtuh, Kerajaan Gelgel Dibangun, Sejarah Ubud Berlanjut
Sejarah Desa Ubud berlanjut di abad ke-15 dimana saat itu Kerajaan Majapahit baru saja runtuh. Sebagian besar bangsawan Jawa mengalami migrasi ke Bali lalu diketahui membangun kerajaan Gelgel yang berlokasi di Kabupaten Klungkung. Kerajaan Gelgel ini sebenarnya dibangun untuk melindungi bangsawan – bangsawan Jawa yang melakukan migrasi ke Bali. Pada saat itu juga dikatakan Bangsawan Jawa membawa sistem kasta ke Bali.
Berlanjut pada abad ke-17, mulai banyak kerajaan – kerajaan yang dibangun menyebar di seluruh Bali, begitu pula di Ubud. Di Ubud rumah para bangsawan disebut dengan Puri. Pada masa saat itu terjadi perpecahan hingga menimbulkan banyak peperangan demi memperluas wilayah dengan merebut wilayah kerajaan yang bersangkutan.
Pangeran yang berasal dari kerajaan Gelgel dikirim ke Desa Sukawati. Ia membawa perintah untuk membangun sebuah istana kerajaan yang memiliki nilai estetika ditujukan untuk kekuasaan di wilayah Gianyar. Setelah pembangunan dari istana di Sukawati selesai, banyak pengrajin, pemusik, dan seniman yang memilih untuk tinggal di Desa Sukawati. Hal ini karena nilai estetika istana dan pekerjaan mereka terasa cocok..
Perang antara Padang Tegal & Padang Taman
Pada akhir abad ke-17, peperangan antar 2 sepupu terjadi. Dimana dua kubu tersebut adalah wilayah Padang Tegal Ubud dan wilayah Padang Taman Ubud. Raja Sukawati yang mendengar keributan tersebut akhirnya memberikan perintah pada kedua saudaranya untuk mengamankan Ubud. Tjokorda Ngurah Tabanan dikirim ke wilayah Peliatan Ubud dan Tjokorda Tangkeban ke wilayah Sambahan Ubud. Keduanya membangun kerajaan masing – masing dengan 1 tujuan, yaitu mengamankan Ubud.
Pemerintahan Belanda mulai ikut campur pada awal abad ke-19, dimana pihak kolonial Belanda dengan cerdik menyerang kerajaan – kerajaan di Bali dan pihak dari kerajaan – kerajaan di Bali pun tak tidak diam hingga ikut menyerang balik pasukan Belanda akan tetapi mengalami sebuah kekalahan, perang ini dikenal dengan Perang Puputan Margarana.
Setelah itu, pada awal abad ke-21 dibawah pemerintahan Tjokerdo Gede Raka Sukawati (Saudara Raja Sukawati) mengumumkan bahwa Ubud adalah bagian dari Sukawati. Pada tahun 1981, Ubud ditetapkan menjadi sebuah kecamatan di wilayah Kabupaten Gianyar dengan cakupan wilayah Kedewatan, Mas, Peliatan, dan Tegalalang.
BACA JUGA: Puri Agung Peliatan Ubud, Istana Megah Penuh Sejarah
Mengapa Desa Ubud Disebut Pusat Budaya dan Seni?
Pada awal tahun 1930an, sudah banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Desa Ubud, hal ini dikarenakan kemampuan Bahasa Inggris dan Belanda dari Tjokordo Gede Agung Sukawati selaku saudara dari Raja Sukawati dan Tjokordo Gede Raka Sukawati. Tak hanya itu, kemampuan dari raja – raja Ubud dalam berbisnis tidak bisa dipandang remeh.
Di Ubud, dibangun sebuah guest house sebagai penginapan wisatawan yang liburan di Ubud. Raja Sukawati pun melihat peluang bisnis dan mengundang seniman lukis Walter Spiers untuk tinggal dan melukis di Ubud. Hal ini membuat Ubud semakin ramai karena trend bagi pelukis asing yang melakukan perjalanan liburan di Ubud. Karena sedari awal Ubud sudah bergerak di bidang seni sebuah asosiasi seni lukis pun didirikan oleh Tjokordo Gede Agung, Walter Spiers, Rudolf Bonnet, serta beberapa seniman lokal dan diberi nama Pita Maha. Tujuan dari asosiasi ini cukup simpel yaitu mengajarkan seni pada pemuda – pemudi di Ubud.
Sampai saat ini, banyak bangunan sejarah seni dan destinasi wisata Ubud yang ramai pengunjung seperti Arma Museum Ubud, Museum Puri Lukisan Ubud, Puri Ubud, Puri Agung Ubud, Wanara Wana (Monkeys Forest), Werana Petak, Museum Rudana, Rudana Fine Art Gallery, Arung Jeram, Pasar Seni Sukawati, Pasar Seni Ubud. Oleh karena itu Desa Ubud menjadi ikon Budaya dan Seni di Bali.
Ubud Hari Ini: Kelas Yoga & Vegan Restoran
Balik yang dengan filosofi Ubud sebagai Ubad atau obat. Kepopuleran kelas yoga di Ubud serta banyaknya restoran vegan bisa jadi sebuah refleksi masa lalu dari kawasan wisata yang satu ini. Ubud yang melekat dengan suasana alam dan seninya memberikan metode healing tersendiri yang dijawantahkan dengan kehadiran yoga kelas yang bisa dibilang cukup massif. Kesan Ubud bagi wisatawan kini lebih ke tempat berkontemplasi, meditasi hingga mengambil kelas yoga. Sederhananya, kalau kalian mau liburan dengan tenang, jauh dari hiruk pikuk mencoba makanan vegan enak, Ubud bisa jadi salah satu jawaban paling relevan hari ini.
Gimana ton? Menarik bukan bahasan sejarah Ubud kali ini?
Jangan lewatkan ulasan menarik lainnya seputar hiburan dan liburan di Bali hanya di www.jalanmelali.com